Fast food atau makanan cepat saji sering diidentikkan dengan junk food atau “makanan sampah” bukan tanpa alasan. Itu karena fast food dibuat dengan bahan murah, seperti daging berlemak tinggi, biji-biji olahan, tambahan gula dan lemak.
Selain itu, fast food juga tinggi sodium yang berfungsi sebagai pengawet dan membuat makanan beraroma lezat. Padahal, makanan yang sehat sebaiknya disajikan berupa daging tanpa lemak, gandum utuh, buah-buahan segar dan sayuran.
1. Meningkatkan tekanan darah Makanan cepat saji biasanya kaya akan natrium, yang berfungsi sebagai pengawet dan meningkatkan rasa. Mengonsumsi makanan tinggi natroum bisa meningkatkan tekanan darah, yang memberi tekanan pada sistem kardiovaskular. Seiring waktu, tekanan darah tinggi dapat mengeraskan atau mempersempit pembuluh darah.
2. Membuat kembung Mengonsumsi makanan tinggi natrium, lemak, atau karbohidrat olahan dapat memicu kembung. Apalagi, banyak orang mengonsumsi fast food bersama dengan soda, yang semakin memperparah kembung. Kembung yang terjadi biasanya hanya bersifat sementara, tetapi bisa mengganggu kenyamanan dan penampilan kita.
3. Meningkatkan kolesterol Fast food biasanya dimasak dengan minyak tinggi lemak. Terlalu banyak mengonsumsi lemak jenuh dapat meningkatkan kolesterol jahat yang meningkatkan risiko penyakit jantung.
4. Meningkatkan risiko gangguan pencernaan Makanan cepat saji juga terbuat dari tepung yang mengandung karbohdrat olahan tinggi namun rendah serat. Padahal, serat sangat dibutuhkan tubuh untuk menurunkan risiko divertikulitis dan kondisi lain yang terkait dengan mengejan atau sembelit, seperti wasir dan hernia. Serat juga membantu perkembangan bakteri usus baik dan membuat kita merasa kenyang lebih lama.
5. Menambah berat badan Fast food merupakan makanan yang tinggi lemak dan kalori. Kalori yang ada dalam fast food boasanya berasal dari karbohidrat yang diproses tinggi. Mengonsumsinya hanya akan memicu rasa lapar dalam sekejap, yang turut meningkatkan nafsu makan. Pada akhirnya, hal ini hanya akan meningkatkan risiko penambahan berat badan. Saus yang kerap dijadikan kondimen dalam fast food juga kaya akan gula. Padahal, gula adalah penyebab utama epidemi obesitas.
6. Menguras energi Karbohidrat olahan dalam fast food bisa menyebabkan lonjakan gula darah dan meningkatkan produksi insulin. Kondisi ini bisa membuat kita mudah lelah dan kehabisan energi.
7. Memengaruhi suasana hati Fast food kaya akan lemak jenuh, natrium, gula, dan karbohidrat olahan. Terlalu banyak mengonsumsinya bisa membuat tubuh kehilangan banyak nutrisi, yang turut berpengaruh buruk pada suasana hati. Selain itu, mengonsumsi banyak makanan olahan juga dapat meningkatkan risiko depresi.
8. Menaikkan kadar gula darah
Makanan cepat saji umumnya tinggi zat gizi karbohidrat tetapi minim sekali serat. Karbohidrat sangat mudah dicerna oleh tubuh mencjadi glukosa sehingga gula darah akan meningkat.
Jika kebiasaan ini terus dipertahankan, kondisi ini nantinya bisa mengganggu kerja insulin. Jika insulin sudah tidak mampu bekerja dengan normal maka Anda berisiko terkena berbagai masalah kesehatan seperti diabetes tipe 2 dan obesitas.
9. Memunculkan masalah pernapasan
Kalori berlebih yang bersumber dari makanan cepat saji bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang tak terkendali. Akibatnya, Anda memiliki berat badan di atas normal yang membuat risiko asma dan sesak napas meningkat.
Lemak pada makanan cepat saji yang berlebih di dalam tubuh dapat memberikan tekanan pada organ jantung serta paru-paru. Hal ini umumnya ditandai dengan rasa sesak saat berjalan, menaiki dan menuruni tangga, atau saat berolahraga.